Selasa, 23 September 2008

Terorisme Internasional merupakan ancaman bagi hegemony Amerika Serikat setelah Perang Dingin

Terorisme Internasional merupakan ancaman bagi hegemony Amerika Serikat setelah Perang Dingin

oleh: SOLPAMILI PRATAMA

Seperti yang kita ketahui ada perbedaan konsep hegemony kaum Realis dan hegemonynya Gramsci. Realis lebih memusatkan pada aspek security/militer, maka Gramsci lebih menitikberatkan pada hegemony dalam ekonomi politik internasional dan hegemony budaya. Mengacu pada hegemony Realis maka Terorisme Internasional bukanlah ancaman hegemony bagi Amerika Serikat. Intelijen yang rapi, influence serta power-nya dalam mengajak masyarakat dunia dalam memerangi Terorisme Internasional bisa dikatakan berhasil. Yang harus diingat Amerika mempunyai sekutu yang handal, yang juga kuat secara pertahanan dan kebanyakan memang negara maju, sebagai contoh NATO. Teknologi pertahanan AS semakin siap dan canggih serta kualitas SDM-nya berupa pasukan militer yang kuat dan terlatih tidak perlu diragukan. Dari segi anggaran militer Amerika menggelontarkan dana yang melebihi PDB Indonesia saat ini (terbesar di dunia) . Ketika Amerika menghadapi sebuah persoalan menyangkut issue keamanan dan pertahanan berbagai planning dari A-Z telah disususun dengan rapi, basis informasi yang kuat, banyak dan rapi semakin membantu dalam melacak setiap kejadian/peristiwa yang berhubungan dengan terorisme.

Sedangkan mengacu pada hegemonynya Gramsci, Terorisme Internasional juga bukan ancaman bagi hegemony Amerika. Meskipun para Terorisme Internasional juga memiliki pendanaan yang kuat dan para ahli, tetapi posisi mereka bisa dikatakan segmented. Mereka tidak bebas dalam menyebarkan nilai-nilai mereka dan selalu menjadi incaran serta dicap negatif oleh masyarakat internasional. Peran media massa Amerika dan sekutunya sangat penting sekali dalam membentuk opini publik bahkan cenderung menjadi sarana pencucian otak bagi masyarakat internasional yang mudah terpengaruh. Sebaliknya yang lebih menjadi ancaman adalah sistem kapitalis yang telah lama disembahnya, paling jelas pada masa pemerintahan Reagan sampai sekarang. Defisit semakin membengkak, utang juga semakin menumpuk. Kita bisa lihat sendiri bagaimana keuangan AS porak-poranda akibat krisis macet perumahan pada tahun lalu. Satu demi satu bank dan lembaga finansial serta asuransi menyatakan kerugian dalam jumlah besar. Jutaan orang tidak mampu melunasi kredit perumahannnya.Semenjak itu, pasar saham dan pertumbuhan ekonomi dunia terpaksa harus dipangkas perkuartal. Hal ini membuat negara lainnya (seideologi ekonomi) juga terinfeksi dan investor beserta superholding dari berbagai negara terutama Asia mulai menanamkan modal ke Amerika dalam jumlah besar dalam membantu kerugian yang dihadapi bank-bank, lembaga finansial tersebut. Negara sebesar AS akhirnya disuntik oleh negara-negara yang sedang berkembang. Uni Eropa yang solid, China dengan ekonominnya yang massive, India dengan teknologi dan informasinya, serta Brazil dengan pangan dan perkebunannya semakin menunjukkan taringnya dalam perekonomian internasional. Jika boleh jujur, yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan hegemony AS di sektor IPE adalah dirinya sendiri, keadaan di luar tidak sebegitu besar bila dibandingkan dengan dari dalam.

Tidak ada komentar: