mungkin sudah banyak yang sependapat dengan saya bahwa kita berduka akan kualitas acara pertelevisian kita terutama sinetron. tanpa bermaksud menjelekkan stasiun TV sekelas RCTI , SCTV,Indosiar,Trans TV kita harus membuka mata lebar-lebar berpikir dengan objektif bahwa sinetron-sinetron primetime di stasiun TV tersebut sudah layaknya seperti sebuah telenovela atau opera sabun. tidak ada lagi intelektualitas dalam berkarya dan logika cerita. semuanya tampak enteng,serba kebetulan dan karakter yang nihil . menjamurnya bintang2 sinetron baru ternyata berbanding lurus dengan kualitas sinetron yang buruk. sulit untuk menyebut siapa pesinetron muda atau entertainer muda yang mempunyia integritas dan idealisme yang kuat . sebagai buktinya banyak pesinetron muda yang memperoleh honor yang setinggi langit dalam waktu sekejap, sekitar 1-2 tahun (kira-kira 20-40 juta per episode) tetapi pada akhirnya dalam kurun waktu yang cepat pula mereka sudah harus angkat koper dalam dunia yang semakin digilai para remaja tersebut. setelah nama mereka tak terdengar lagi paling banter mencuat ke permukaan lagi berkat adanya gosip yang heboh.
terkait sinetron cahaya yang konon menggaji nasyila mirdad 30 juta/episode bahkan menjadi sinetron unggulan dengan rating yang tinggi,ada sebuah hal yang mengganjal bagi saya yaitu karakter mahasiswa yang diperankan cahaya tampak bodoh,tak mempunyai insting dalam bertindak,terlalu polos,tak tahu mana hal yang ganjil,cara berbicaranya yang nggak mahasiswa banget ,terlalu dibuat-buat. melihat cara berakting nasyila, sorot matanya tak mencerminkan intelektualitas seorang mahasiswi,tidak ada ketajaman berpikir,caranya berjalan dan bahasa tubuhnya tampak loyo dan begitu naif. entah siapa yang patut disalahkan penulis skenario yang mungkin nggak pernah kuliah atau memang mempunyai interpretasi yang dangkal mengenai karakterisitik mahsiswa atau juga sutradara yang mempunyai imajinasi yang mandek mengenai mahasiswa. ini membuktikan bahwa tim kerja sinetron tersebut mempunyai sumber yang kurang dalam berkarya,malas dalam melakukan riset,dan tidak berdedikasi kepada rakyat yang menontonnya.
bukannya saya tidak berperasaan dalam mengkritik karakter tesebut akan tetapi sebagai seorang mahasisiwa saya merasa sangat berkeberatan jika karakter mahasiswa yang ditonjolkan seperti dalam sinetron cahaya. jangankan mengenai karakteristik mahasiswa yang menyimpang dan aneh dalam cahaya,dalam sinetron tersebut tak pernah sekalipun cahaya tampak bergaul dengan teman-teman kampusnya,berdiskusi,mengerjakan tugas-tugas dari dosen,ataupun proses pembelajaran di dalam kelas. karakter mahasiswa hanya tampak sebagai aksesoris,celakanya aksesoris yang memperburuk citra diri. saya juga heran mengapa mahasiswa indonesia tidak begitu gesit menanggapi isu ini. setidaknya melayangkan protes kepada perusahaan yang bersangkutan. kita memang hidup dalam zaman berdemokrasi dimana kebebasan berpendapat dan berkarya sangat dijunjung tinggi,tetapi kita juga harus bisa mempertanggungjawabkannya secara konsisten, berdasarkan logika yang kuat dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
saya juga mengharapkan para penonton indonesia tidak lagi menjadi penonton yang baik,melainkan menjadi penonton yang kritis.yang tidak menerima begitu saja apa yang tampak oleh indera mata mereka belaka. harus lebih kritis dan kreatif dalam menyaring informasi yang didapat.buat pemerintah sendiri sudah seharusnya pemerintah lebih banyak menciptakan sekolah film dan sinetron untuk mendidik dan melahirkan sineas-sineas handal di kemudian hari supaya kualitas dari dunia sinema indonesia lebih baik dan sejajar dengan negara lain. buat KPI harap lebih keras terhadap sinetron dan pebisnis nakal dalam dunia hiburan supaya tidak ada lagi atau berkurangnya sinetron berkualitas jelek tersebut.sudah saatnya uu.perfilman direvisi kembali sesuai dengan aspirasi demokrasi.
terkait sinetron cahaya yang konon menggaji nasyila mirdad 30 juta/episode bahkan menjadi sinetron unggulan dengan rating yang tinggi,ada sebuah hal yang mengganjal bagi saya yaitu karakter mahasiswa yang diperankan cahaya tampak bodoh,tak mempunyai insting dalam bertindak,terlalu polos,tak tahu mana hal yang ganjil,cara berbicaranya yang nggak mahasiswa banget ,terlalu dibuat-buat. melihat cara berakting nasyila, sorot matanya tak mencerminkan intelektualitas seorang mahasiswi,tidak ada ketajaman berpikir,caranya berjalan dan bahasa tubuhnya tampak loyo dan begitu naif. entah siapa yang patut disalahkan penulis skenario yang mungkin nggak pernah kuliah atau memang mempunyai interpretasi yang dangkal mengenai karakterisitik mahsiswa atau juga sutradara yang mempunyai imajinasi yang mandek mengenai mahasiswa. ini membuktikan bahwa tim kerja sinetron tersebut mempunyai sumber yang kurang dalam berkarya,malas dalam melakukan riset,dan tidak berdedikasi kepada rakyat yang menontonnya.
bukannya saya tidak berperasaan dalam mengkritik karakter tesebut akan tetapi sebagai seorang mahasisiwa saya merasa sangat berkeberatan jika karakter mahasiswa yang ditonjolkan seperti dalam sinetron cahaya. jangankan mengenai karakteristik mahasiswa yang menyimpang dan aneh dalam cahaya,dalam sinetron tersebut tak pernah sekalipun cahaya tampak bergaul dengan teman-teman kampusnya,berdiskusi,mengerjakan tugas-tugas dari dosen,ataupun proses pembelajaran di dalam kelas. karakter mahasiswa hanya tampak sebagai aksesoris,celakanya aksesoris yang memperburuk citra diri. saya juga heran mengapa mahasiswa indonesia tidak begitu gesit menanggapi isu ini. setidaknya melayangkan protes kepada perusahaan yang bersangkutan. kita memang hidup dalam zaman berdemokrasi dimana kebebasan berpendapat dan berkarya sangat dijunjung tinggi,tetapi kita juga harus bisa mempertanggungjawabkannya secara konsisten, berdasarkan logika yang kuat dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
saya juga mengharapkan para penonton indonesia tidak lagi menjadi penonton yang baik,melainkan menjadi penonton yang kritis.yang tidak menerima begitu saja apa yang tampak oleh indera mata mereka belaka. harus lebih kritis dan kreatif dalam menyaring informasi yang didapat.buat pemerintah sendiri sudah seharusnya pemerintah lebih banyak menciptakan sekolah film dan sinetron untuk mendidik dan melahirkan sineas-sineas handal di kemudian hari supaya kualitas dari dunia sinema indonesia lebih baik dan sejajar dengan negara lain. buat KPI harap lebih keras terhadap sinetron dan pebisnis nakal dalam dunia hiburan supaya tidak ada lagi atau berkurangnya sinetron berkualitas jelek tersebut.sudah saatnya uu.perfilman direvisi kembali sesuai dengan aspirasi demokrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar